Profil
Faisal Yusuf adalah seorang intelektual muda, aktivis lingkungan, energi dan perubahan iklim, dan entrepreneur . Faisal adalah pendiri dari BENIH ( Bangkit Energi Indonesia Hijau, www.benih.org), sebuah yayasan yang berfokus pada sosial-entrepreneurship dibidang lingkungan hidup dan energi terbarukan.
Mandat kuat yang dimiliki Faisal sebagai seorang analis dan penasehat kebijakan yang berpengalaman sangatlah menonjol. Karya-karyanya di bidang analisa kebijakan sudah memberikan kontribusi nyata di bidang perubahan iklim, pemerintahan yang demokratis dan pembangunan infrastruktur. Namun, ketertarikan Faisal mengerucut dibidang perubahan iklim, energi terbarukan dan lingkungan hidup yang kemudian dijadikan visi and misi utamanya.
Pada Pemilu Legislatif 2014 yang lalu, Faisal mencalonkan diri sebagai calon legislatif DPR RI Partai Nasdem dari daerah pemilihan DKI 1 yang meliputi wilayah Jakarta Timur. Faisal sangat mendukung pemerintahan dan calon presiden yang bersih dan amanah. Di dalam putaran pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu, Faisal aktif didalam mendukung pasangan Jokowi JK dan bergabung dalam relawan FOR (Forum Relawan) Jokowi.
Ringkasan Karir
Sebelum menjadi entrepreneur, Faisal bekerja sebagai analis kebijakan dan penasihat di beberapa organisasi internasional, baik di dalam maupun di luar negeri. Di usianya yang ke-31, Faisal ditunjuk sebagai penasihat perubahan iklim untuk kantor biro ilmu pengetahuan UNESCO wilayah Asia dan Pasifik yang bertempat di Jakarta- Indonesia pada tahun 2009. Sebelumnya, Faisal di rekrut oleh UNDP Indonesia untuk memberikan advis dalam mengkoordinasikan dukungan donatur pada pemilihan umum di tahun 2009 termasuk menyusun SOP yang dipakai untuk program bantuan donor untuk dukungan pemilu. Salah satu penyebab dari keterlibatannya yang luas didalam organisasi internasional adalah tugas pelatihan yang didapatnya di UN Institute of Training and Research (UNITAR) pada tahun 2003-2004 di Jenewa, Swiss. Lebih lanjut, Faisal juga sempat bekerja sebagai seorang manajer untuk program pengelolaan infrastruktur dan berbagai proyek pembangunan lain di Kabul, Afghanistan pada tahun 2007 dibawah sebuah firma swasta, Afghan Services and Products. Pada tahun 2005 hingga 2007, Faisal bekerja untuk Sekretariat ASEAN (ASEAN Secretariat, Jakarta) di area kebijakan dan diplomasi di bidang infrastruktur, khususnya untuk prakarsa E-ASEAN yang mendukung kemajuan cetakbiru ekonomi dari 10 negara anggota ASEAN termasuk dialogue partnernya – ASEAN plus One dan ASEAN plus Three ( China, Jepang, Korea, India, USA dll). Selain itu ia juga sempat bekerja dengan Control Risks, perusahaan konsultansi dibidang politik dan manajemen resiko.
Wirausaha
Pada tahun 2011, Faisal merupakan salah satu dari pendiri dan partner dari perusahaan konsultan, Circa 8 Consulting, yang mengkhususkan diri pada bidang analisa resiko, lingkungan dan corporate sustainability. Perusahaan ini kemudian diakuisisi pada tahun 2012 oleh jaringan aliansi Arghajata (www.arghajata.com), sebuah perusahaan profesional di bidang jasa dan sampai dengan 2014 adalah partner di Indonesia dari salah satu konsultan ternama dunia, Booz&co – yang sekarang menjadi strategy& (www.http://www.strategyand.pwc.com/). Selain dari itu, Faisal juga terlibat sebagai pendiri dibeberapa perusahaan startup lainnya.
Pendidikan
Faisal memperoleh gelar S2 nya di bidang Management Information Systems (ADMIS) dengan fokus khusus pada politik, filosofi dan ekonomi dari London School of Economics and Political Science (LSE) – University of London, sebuah perguruan tinggi di London, Inggris pada tahun 2003
Dalam periode masa kuliahnya, Faisal juga aktif bergabung di dalam organisasi untuk menentang invasi AS ke Irak, ”LSE Stop the War Coalition”.
Faisal mendapatkan gelar S1 nya dengan gelar Honours dibidang Computer Systems Engineering dari La Trobe University di Melbourne, Australia pada tahun 2001.
Di tahun Honours nya ia mengembangkan tesis di bidang domain lintas sektoral tentang filosofi, kecerdasan buatan dan hukum dalam perceraian dan kepemilikan properti dibawah supervisi Dr. Andrew Stranieri. Sistem tersebut kemudian diuji coba oleh Victoria Legal Aid di Melbourne -Australia dan beberapa bagian dari studi-nya diterbitkan kedalam majalah MIT Technology Review, edisi tahun 2005.
Faisal menghabiskan masa SMA nya di SMA Negeri 8, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1996. Ia lulus dari SMP dan SD St. Antonius 2, Jakarta Timur masing-masing pada tahun 1993 dan 1990.
Perubahan Iklim
Diluar karirnya sebagai penasihat kebijakan dalam manajemen dan pemerintahan di bidang infrastruktur, Faisal juga mengembangkan minat kuatnya dalam isu perubahan iklim. Pengalamannya di bidang perubahan iklim sudah didapatnya sejak tahun 2008 pada saat dipercaya oleh German Technical Cooperation (GTZ) sebagai Trust Fund Climate Change Expert. Dibawah GTZ, Faisal bekerja sebagai konseptor dan berperan krusial dalam menyusun cetakbiru untuk ”Indonesia Climate Change Trust Fund” (ICCTF) , bersama dengan Bappenas dan Kementerian Keuangan. ICCTF tersebut digunakan sebagai sumber dana dalam membiayai semua aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim dan juga untuk mengekspos isu-isu tentang perubahan iklim ke dalam rencana pembangunan nasional.
Semasa di UNESCO, Faisal bertanggung jawab di 2 bidang. Pertama, memberikan advis dan mengawasi pembangunan prakarsa di bidang perubahan iklim di negara-negara wilayah Asia Pasifik, termasuk berkontribusi atas inisiatif seperti United Nations Development Assistance Framework (UNDAF), United Nations Development Group (UNDG) area bertematik lingkungan & Perubahan Iklim dan juga penelitian isu-isu lintas sektoral antara perubahan iklim, keamanan air, cadangan biosfer, energi dan manajemen sumber daya lingkungan; dan yang kedua, untuk melindungi Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera yang terdiri dari Bukit Barisan Selatan, Kerinci Seblat dan Taman Nasional Gunung Leuser, melalui langkah intervensi adaptasi dan mitigasi dari meningkatnya tekanan-tekanan bersifat antropogenik, seperti penggundulan hutan, perambahan dan penebangan liar, kebakaran hutan dan kejahatan terhadap margasatwa disamping mengembangkan perdagangan karbon dalam skema REDD+.
Faisal juga bekerja untuk Blue World Carbon, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manajemen aset karbon global, menjabat sebagai Kepala Pengembangan Bisnis. Kemudian, Faisal bergabung kembali ke jaringan Arghajata melalui Green Work Asia, menjabat sebagai Penasihat yang membantu memberikan konsultansi kepada klien-klien baik publik maupun swasta mengenai “Ekonomi rendah karbon” (Low Carbon Economy).
Kehidupan pribadi
Faisal memiliki antusiasme yang tinggi di ranah kesenian dan musik. Ia suka menonton konser musik secara langsung. Faisal memainkan alat musik Drums dan beberapa kali tampil, bersama group band SMA-nya circa 1993-1996, di berbagai macam festival di Jakarta. Band favoritnya adalah antara lain: Coldplay, Gigi, U2, Mr. Big, Metallica, dan Guns n Roses.
Diantara keluarga dan teman-teman sekolahnya, ia terkenal dengan nama julukan “Pecong” yang berasal dari nama kue Pancong.
Kegiatan film dan Media sosial
Pada tahun 2000, Faisal terlibat sebagai editor didalam film indie yang berjudul “Melayang” dan film tersebut sempat ditayangkan di beberapa komunitas pelajar Indonesia yang berada di kota Melbourne, Perth, Sydney, Boston dan Jakarta.
Faisal juga pernah menduduki posisi sebagai salah satu editor untuk majalah online circa 1998-2003 www.indocampus.org. Tulisan-tulisan nya lebih berfokus pada musik, film dan isu-isu kalangan muda.
Website Faisal dapat di akses secara online melalui www.faisalyusuf.web.id. Alamat Twitternya: @faisalyusuf. Faisal juga mempunyai akun facebook: https://www.facebook.com/faisalyusuf.6. Faisal juga terdaftar dalam Linkedin.
Organisasi dan Kegiatan amal
Faisal sangat aktif dalam bidang organisasi. Ia pernah menjabat sebagai ketua di Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) dari La Trobe University selama dua periode (1999-2000 dan 2000-2001). Faisal juga aktif sebagai anggota dari berbagai macam alumni chapter, termasuk diantaranya adalah alumni LSE dan La Trobe di Indonesia. Selain itu, mulai tahun 2009, Faisal secara aktif terlibat dalam Yayasan Goodwill Indonesia melalui AmCham Young Professional dalam membantu mahasiswa muda berbakat diberbagai universitas di Jakarta melalui program pelatihan dan bimbingan karir.
Pada tahun 2002-2003, Faisal juga menghabiskan waktu studinya di London dengan aktivis dari Indonesia, Budiman Sudjatmiko. Pada tahun 2005, Faisal banyak berkontribusi diberbagai penulisan makalah didalam domain “politics and information system ” untuk think tank bentukan Budiman, Respublika Institute.